PENDAHULUAN
INOVASI PEMBELAJARAN KOMPETENSI
A.Latar Belakang
Dalam
pembelajaran kompetensi, siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan
utama, sehingga dalam proses belajar-mengajar siswa dituntut kreativitasnya
secara penuh bahkan secara induvidual. Dengan demikian peranan guru disini
adalah fasiitator.[1]
Ketika
siswa datang ke sekolah, maka guru mesti beranggapan bahwa pengetahuan dalam kepala siswa tidaklah
kosong. Mereka dari kebiasaan berbagai interaksi
dengan anggota keluarganya, pergaulan dengan sesama temannya, dan dengan lingkungan hidupnya serta berbagai sumber
bahan ajar seperti tontonan dari televisi, radio,
internet dan banyak pengetahuan dan informasi yang diperoleh.
Berbagai
pengetahuan yang ada dalam kepala siswa itulah yang menjadi modal baginya untuk
menerima, menyerap pengetahuan dan informasi baru yang disampaikan oleh para
guru di sekolah. Ini peluang bagi guru untuk menindaklanjuti potensi yang sudah
ada pada diri siswa untuk mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna,
sehingga peranan guru dalam pembelajaran kompetensi sebagai fasilitator,
mediator, dan motivator dapat dijalankan sesuai dengan kondisi pemebalajaran.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu Inovasi pembelajaran?
2.
Apa Pengertian Pembelajaran Kompetensi?
3. Apa Prinsip
Pembelajaran Kompetensi?
4.
Apa karakteristik pembelajaran kompetensi?
5.
Bagaimana Pengelolaan
Pembelajaran Kompetensi?
PEMBAHASAN
INOVASI PEMBELAJARAN KOMPETENSI
A. Inovasi pembelajaran
Ketika
mendengar kata inovasi yang muncul dibenak kita barangkali sesuatu yang baru,
unik dan menarik. Kebaruan, keunikan dan yang menarik itu pada akhirnya membawa
kemanfaatan. Pendapat tersebut nampaknya tidak salah dalam arti manusia sebagai
makhluk sosial yang dinamis dan tidak puas dengan apa yang sudah ada akan
selalu mencoba, menggali, dan memciptakan sesuatu yang baru atau lain dari biasanya. Begitu pula inovasi
yang berkaitan dengan inob=vasi pembelajaran. Dimana proses pembelajaran
melibatkan manusia (siswa dan guru) yang memiliki karakteristik yang khas yaitu
keinginan untuk mengembangkan diri, maju dan berprestasi.[2]
B. Pengertian Pembelajaran Kompetensi
Kompetensi dapat diartikan sebagai
kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan,
keterampilan, dan bersikap. Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan
melakukan proses pembelajaran dan penilaian siswa. Kompetensi merupakan target,
sasaran, standar sebagaimana yang telah di jelaskan oleh benyamin S. Bloom
(1964) dan gagne (1979) dalam berbagai teorinya.[3]
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari
instruction yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di negeri Pamansam sana, yang menempatkan
siswa sebagai sumber dari kegiatan.
Dalam pembelajaran
kompetensi, siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses
belajar mengajar siswa dituntut kreativitas secara
penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian peranan guru di sini sebagai fasilitator,
memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari
siswa. Terdapat karakteristik penting dari pembelajaran kompetensi, seperti kegiatan proses belajar mengajar dalam KBK
tidak hanya sekadar menyampaikan materi saja,
akan tetapi diselenggarakan untuk membentuk watak, peradaban, dan mutu kehidupan peserta didik.
Pembelajaran perlu
memberdayakan semua potensi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan prilaku
khusus supaya setiap individu mampu menjadi
pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar (Depdiknas,2002).
Dalam implementasi KBK, pembelajaran
tidak dimaksudkan menghilangkan peranan guru sebagai pengajar, sebab secara
konseptual istilah mengajar juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar
belajar dua istilah yang tidak dapat dipisahkan, mengajar menitikberatkan perbuatan guru yang
menyebabkan siswa belajar. Dengan demikian, dalam
istilah mengajar juga terkandung proses belajar siswa, inilah makna
pembelajaran. Pembelajaran
menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Proses pembelajaran yang
dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan
guru, yang membedakannya terletak pada peranannya saja. Kompetensi bukanlah merupakan temuan yang
baru, akan tetapi istilah kompetensi
sudah lahir sejak pendidikan yang berkembang di lembaga-lembaga pendidikan. Sementara
sebagian orang yang telah mendapat informasi tentang
kompetensi mencoba mentransfer kepada orang lain dengan mempergunakan petunjuk yang masih samar-samar, seperti
kompetensi suatu mata pelajaran yang disampaikan
kepada siswa harus ada keseimbangan teoritik dan praktek, pola pengajaran diberi porsi keseimbangan 50% teori dan 50%
praktek. Dengan demikian setiap guru yang
memhami pengertian kompetensi secara parsial berusaha menterjemahkan secara sendiri-sendiri, seperti praktek itu akan
dilakukan di laboratorium, sementara sekolahsekolah di lingkungan kita mengajar belum memiliki
sarana prasarana yang memadai dan lengkap.
Anggapan seperti itu memang ada benarnya, akan tetapi tidaklah semua materi pelajaran harus praktek di laboratorium di
sekolah yang tersedia, umpamanya mata pelajaran
PMP, guru memberikan materi terhadap siswa dan siswa mampu melaksanakan praktek di laboratorium di masyarakat,
kehidupan bermasyarakat dan kehidupan berbangsa
serta bernegara.
Pembelajaran
kompetensi memiliki sembilan kompetensi yang bersifat strategis (Martinis Yamin, 2005), sebagai berikut:[4]
a.
Menyadari bahwa setiap orang merupakan mahluk Tuhan Yang
Maha Esa dan memiliki keyakinan sesuai dengan agama yang dianutnya.
b.
Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang
lain.
c.
Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep numerik
dan spesial, serta mampu mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan.
d.
Menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan,
ditemukan dan diperoleh dari berbagai sumber dalam kehidupan serta mampu
menilai kebermanfaatan.
e.
Memahami dan menghargai dunia fisik, mahluk hidup dan
teknologi, dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai untuk
mengambil keputusan yang tepat.
f.
Memahami kontek budaya geografi, sejarah, dan memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif dalam
kehidupan, serta berinteraksi dan berkontribusi dalam masyarakat dan budaya
global.
g.
Berpartisipasi dalam kegiatan kreatif dan lingkungan
untuk saling menghargai karya artistik, budaya, dan intelektual serta
menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju
masyarakat beradab.
h.
Menunjukkan kemampuan berfikir konsekuen, berfikir
literal, berfikir kritis, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap untuk
menghadapi berbagai kemungkinan.
i.
Menunjukkan motivasi dan percaya diridalam belajar, mampu
bekerja mandiri, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
Penyusunan
materi pembelajaran kompetensi mencakup tiga komponen utama yang harus dikuasai siswa, yaitu:[5]
1. Kompetensi dasar atau kemampuan dasar
merupakan tujuan pembelajaran dari materi yang akan diberikan kepada siswa
sesuai dengan taksonomi Bloom menggunakan kata-kata operasional yang bersifat
umum yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dasar mulai tingkat pengetahuan
rendah, menengah dan tinggi seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Tiap kemampuan dasar dapat dijabarkan menjadi dua
sampai lima indikator.
2. Materi pokok adalah materi
pelajaran yang disajikan kepada siswa berupa penjabaran sub pokok bahasan dari awal
semester sampai akhir semester secara terstruktur, hal ini dapat kita lihat pada
silabus masing-masing mata pelajaran, yang dikembangkan oleh masing-masing guru
bidang studi.
3. Indikator dikembangkan dari kemampuan dasar
sesuai dengan materi pembelajaran yang ditetapkan, menggunakan kata kerja
operasional khusus yang disesuaikan dengan tingkat berfikir siswa. Setiap
indikator harus dapat dibuatkan soal sebanyak tiga
sampai lima butir. Kriteria indikator yang memenuhi syarat adalah:
ü Memuat ciri-ciri tujuan yang hendak diukur.
ü Memuat suatu kata kerja operasional yang dapat diukur
ü Berkaitan erat dengan materi yang diajarkan
ü Dapat dibuatkan soalnya tiga sampai lima butir setiap
indicator.
C.
Prinsip Pembelajaran Kompetensi
Prinsip
pembelajaran merupakan hal-hal yang mendasari dan menjadi sebab-sebab terjadinya belajar. Dengan perkataan lain
apabila suatu prinsip tidak nampak dalam kegiatan
pembelajaran, maka proses belajar itu tidak akan terjadi secara efektif dan berhasil sesuai dengan harapan. Efektivitas
belajar berkaitan dengan suasana belajar yang menyenangkan
seperti ciptakan kondisi terbaik untuk belajar, bentuk presentasi yang melibatkan seluruh indera, berfikir kreatif
dan kritis untuk membantu proses internalisasi dan
beri rangsangan dalam mengakses materi pelajaran (Gordon and Vos, 2000).
Ada
beberapa prinsip penting dalam pembelajaran kompetensi, antara lain:[6]
1. Proses pembelajaran kompetensi membentuk kreasi
lingkungan yang dapat membentuk
atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman
belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan
fakta-fakta. Struktur kognitif akan tumbuh dan berkembang manakala siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh
karena itu dalam pembelajaran kompetensi menuntut
aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.
2. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus
dipelajari, ada tipe pengetahuan
fisis, sosial dan logika (Bruce Weil, l980). Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu
objek atau kejadian seperti bentuk, besar, kecil,
serta bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indera
secara langsung. Misalkan anak memegang logam
yang bersifat keras dan memegang kain sutra yang bersifat halus. Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu
dalam suatu sistem sosial atau hubungan antar
manusia yang dapat mempengaruhi interaksi sosial, contohnya pengetahuan tentang aturan, hukum, moral, nilai, bahasa
dan lain sebagainya. Pengetahuan logika berhubungan
dengan berfikir matematis yaitu pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan
kejadian tertentu.
3. Pembelajaran melalui KBK diarahkan agar siswa mampu
mengatasi setiap tantangan dan
rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki yang
meliputi kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi temporal.
Itu sebabnya makna pembelajaran KBK
bukan hanya mendorong anak agar mampu menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana agar anak itu memiliki sejumlah kompetensi untuk mampu menghadapi rintangan yang muncul sesuai
dengan perubahan pola kehidupan masyarakat
(Sanjaya, 2005).
Adapun
beberapa prinsip pembelajaran yang dikembangkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
dalam rangka menunjang hasil belajar yang efektif dan efesien, menurut Puskur
(Balibang Depdiknas, 2002) rambu-rambunya sebagai berikut:[7]
1. Kesempatan untuk belajar, kegiatan
pembelajaran perlu menjamin pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati
dan mengalami proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan.
2. Pengetahuan awal siswa, kegiatan pembelajaran
perlu mengaitkan pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan awal
siswa serta disesuaikan dengan keterampilan dan nilai yang dimiliki siswa
sambil memperluas dan menunjukkan keterbukaan cara pandang dan cara tindak
sehari-hari.
3. Refleksi, kegiatan mengajar perlu
menyediakanpengalaman belajar yang bermakna yang mampu mendorong tindakan dan renungan
(refleksi) pada setiap siswa.
4. Memotivasi, kegiatan pembelajaran harus mampu
menyediakan pengalaman belajar yang memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
5. Keragaman individu, kegiatan pembelajaran
perlu menyediakan pengalaman pembelajaran yang mampu membedakan kemampuan
individu yang satu dengan yang lain sehingga variasi metode mengajar mutlak
diperlukan.
6. Kemandirian dan kerjasama, kegiatan
pembelajaran perlu menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk
belajar mandiri maupun melakukan kerjasama.
7. Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas
perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif untuk menciptakan situasi agar siswa
belajar secara efektif.
8. Belajar untuk kebersamaan, kegiatan
pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki
simpati, empati, dan toleransi bagi orang lain.
9. Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan
pembelajaran menyediakan pengalaman belajar yang mengakomodasikan pandangan
bahwa pembangunan gagasan adalah siswa, sedangkan guru hanya sebagai
menyediakan kondisi supaya peristiwa belajar tetap berlangsung.
10. Rasa ingin tahu, kreativitas dan ketuhanan, kegiatan
pembelajaran menyediakan pengalaman
belajar yang memupuk rasa ingin tahu, mendorong kreativitas, dan selalu mengagungkan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa.
11. Menyenangkan, kegiatan pembelajaran perlu menyediakan
pengalaman belajar yang menyenangkan
siswa, seperti pembelajaran kuantum.
12. Interaksi dan komunikasi, kegiatan pembelajaran perlu
menyediakan pengalaman belajar
yang meyakinkan siswa terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun sosial.
13. Belajar cara belajar, kegiatan pembelajaran kompetensi
memerlukan pengalaman belajar
yang memuat keterampilan belajar, sehingga siswa menjadi terampil belajar bagaimana cara belajar.
Pembelajaran
kompetensi dapat terlaksana secara optimal, dalam arti mencapai sasaran kompetensi standar dalam implementasi
dan pengembangan jika memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi. Prinsip-prinsip pembelajaran kompetensi menurut Sukmadinata (2004) harus
memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Agar setiap siswa dapat
menguasai kompetensi standar perlu disediakan waktu yang cukup dengan program pembelajaran yang
berkualitas.
2. Setiap siswa memiliki
kemampuan untuk menguasai kompetensi yang dituntut, tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan
pengalaman mereka. Dengan penyelenggaraan
program pembelajaran yang baik dan waktu yang cukup maka setiap siswa dapat mencapai hasil yang ditargetkan.
3. Perbedaan individual dalam
penguasaan kompetensi diantara siswa, bukan saja disebabkan
karena faktor-faktor diri siswa tetapi karena ada kelemahan dalam lingkungan pembelajaran.
4. Setiap siswa mendapatkan
peluang yang sama untuk memiliki kemampuan yang diharapkan,
asal disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing. Setiap siswa dapat menguasai kompetensi yang diharapkan
asalkan rancangan dan pelaksanaan program
pembelajaran sedekat mungkin diarahkan pada pencapaian sasaran pembelajaran.
5. Apa yang paling berharga
dalam pembelajaran adalah berharga dalam belajar. Pembelajaran
dirancang dan dilaksanakan agar para siswa terjadi belajar secara optimal. Jika ada siswa yang gagal dalam
belajar disebabkan kesalahan rencana dan pelaksana
pendidikan, perlu dicari penyebab dan terus disempurnakan.
D. Karakteristik Pembelajaran
Kompetensi[8]
Proses
pembelajaran kompetensi merupakan kegiatan interaksi antar dua unsure manusiawi
yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan
siswa sebagai subjek pokok. Proses tersebut dalam pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus, yaitu:
1.
Proses pembelajaran memiliki tujuan yaitu membantu anak
didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2.
Adanya suatu prosedur yang direncanakan, dirancang
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.
Adanya kegiatan penggarapan materi tertentu secara
khusus, sehingga dapat mencapai tujuan.
4.
Adanya aktivitas siswa sebagai syarat mutlak bagi
berlangsungnya proses pembelajaran.
5.
Guru berperan sebagai pembimbing yang berusaha menghidupkan
dan memberikn motivasi belajar kepada siswa dalam proses interkasi yang
kondusif.
6.
Membutuhkan adanya komitmen terhadap kedisiplinan sebagai
pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang ditaati oleh semua pihak.
7.
Adanya batasan waktu, untuk menentukan tingkat pencapaian
tujuan.
Sedangkan
Sukmadinata (2004), menjelaskan tentang karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi sebagai berikut:
a. Isi program didasarkan pada
kecakapan atau keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan
suatu masalah atau mengerjakan suatu pekerjaan.
b. Tujuan pembelajaran ditulis
untuk setiap rumusan kompetensi.
c. Pengukuran kecakapan atau
keterampilan didasarkan atas kemampuan yang diperlihatkan.
d. Performansi siswa diukur
dengan menggunakan acuan patokan.
e. Record lengkap
kompetensi-kompetensi yang dikuasai dibuat untuk setiap siswa.
f. Bahan pembelajaran berupa
modul, handout, buku kerja, dan program pembelajaran menggunakan media cetak atau program komputer
dan media lain yang disediakan bagi
setiap peserta didik.
g. Waktu belajar cukup
fleksibel, tiap peserta dapat menyesuaikan kecepatan belajarnya dengan kemampuan masing-masing.
h. Kegiatan belajar
memanfaatkan umpan balik.
Karakteristik
pembelajaran kompetensi dengan bukan kompetensi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Karakteristik
|
Pembelajaran
Kompetensi
|
Pembelajaran Bukan
Kompetensi
|
Apa yang dipelajari
|
Kompetensi yang menunjukkan
sasaran-sasaran belajar yang sudah Bahan ajar berupa materi pengetahuan,
konsep, prinsip, dirumuskan secara spesifik, yang memenuhi standar sesuai
dengan tuntutan lapangan
|
Bahan ajar berupa materi
pengetahuan, konsep,
prinsip,
dirumuskan secara
spesifik, yang memenuhi
standar sesuai dengan tuntutan
lapangan
prosedur yang dimuat
dalam buku, handout
atau silabus
|
Proses
pembelajaran
|
Program pembelajaran yang
disusun secara
seksama, berpusat pada siswa,
memuat pengalaman belajar, media
dan bahan yang diarahkan pada
penguasaan kompetensi. Program
pembelajaran dirancang untuk melayani kebutuhan, minat dan kemampuan
peserta didik.
Umpan balik digunakan
untuk
memberikan perbaikan belajar
|
Menggunakan pendekatan
dan
metode pembelajaran yang
bersifat ekspositori
seperti ceramah, diskusi dan demonstrasi. Anak didik kurang
dapat mengatur caea dan kecepatan belajar
sendiri. Umpan balikpun jarang diberikan.
|
Waktu Belajar
|
Disediakan waktu yang
cukup untuk menguasai
kompetensi, sebelum pindah
mempelajari kompetensi berikutnya.
|
Sekelompok siswa dalam periode waktu
yang sama mempelajari unit / topik
pembelajaran tertentu. Kelompok
tersebut dapat pindah
ke unit/topik berikut
setelah waktu yang
disediakan habis.
|
Kemajuan
Individu
|
Tiap siswa dituntut
menguasai setiap formasi
atau tugas sesuai dengan standar
lapangan, sebelum dapat menyicil
untuk menyelesaikan fermansi/tugas
tersebut.
|
Penguasaan didasarkan
atas hasil ujian
tertulis, tingkat penguasaan menggunakan acuan norma. Peserta
diperbolehkan pindah ke
bahan
berikutnya walaupun
tingkat
penguasaannya masih minimal.
|
Makna
pembelajaran
|
Mempersiapkan anak didik memiliki daya
antisipasi dan aklimasi dalam menghadapi
kehidupan yang penuh tantangan,
persaingan, dan kompleksitas
di era globalisasi.
|
Mempersiapkan anak didik
agar
memiliki kecerdasan,
sikap dan
kepatuhan dapat
menyelesaikan
tugas dan pekerjaan dan
hidup
berkelayakan
|
E.
Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi
Berkenaan
dengan kemampuan guru untuk mengelola berbagai komponen pembelajaran sehingga
mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan efesien, maka dalam
pengelolaan pembelajaran kompetensi ada beberapa hal yang perlu diperhatiakan
diantaranya: aspek-aspek pengelolaan pembelajaran, sarana dan sumber belajar
serta pendekatan pembelajaran.
1.
Aspek-aspek
pengelolaan pembelajaran kompetensi
Secara
garis besar aspek-aspek yang perlu diperhatikan guru dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran meliputi: pengelolaan ruang belajar, pengelolaan
siswa dan pengelolaan kegiatan (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002).
a. Pengelolaan
ruang belajar (kelas)
Ruang
belajar merupakan temapat berlangsungnya kegiatan pembelajaran berbentuk ruang kelas. Selama berjam-jam
siswa berada di ruang kelas, selama itu pula terjadi
interaksi guru dan siswa. Ruang tersebut harus ditata sedemikian rupa sehingga secara layak dapat melangsungkan kegiatan
pembelajaran.
b. Pengelolaan siswa
Siswa
dalam suatu kelompok kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam, terutama
dalam menerima sejumlah pengalaman belajar termasuk di dalamnya materi yang
harus dikuasai, karena itu guru hendaknya memahami tentang karakteristik siswa dalam
kemampuan belajar. Bobbi DePorter (2001:117) mengelompokan
karakteristik modalitas
belajar siswa ke dalam tiga karakter, yakni pelajar visual (menggunakan penglihatan mata), auditorial (belajar
melalui pendengaran), dan kinestetik (belajar bergerak, bekerja dan menyentuh).
c. Pengelolaan kegiatan pembelajaran
kompetensi
Kegiatan
belajar siswa perlu dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tingkatan
kemampuannya. Seorang guru dituntut untuk menciptakan
berbagai bentuk kegiatan
pembelajaran, sehingga siswa secara optimal mengembangkan kemampuan dirinya dengan berbagai pengalaman belajar.
Berkenaan dengan optimalisasi kemampuan belajar
seseorang, Sheal, Peter (l989) dalam Puskur Balibang Depdiknas (2002) menggambarkan kualifikasi kemampuan belajar,
yaitu baca (10%), mendengar (20%), melihat
(30%), melihat dan mendengar (50%), mengatakan (70%), mengatakan dan melakukan (90%).
d. Pendekatan kegiatan pembelajaran
kompetensi
Pendekatan
merupakan langkah-langkah pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien, paling tidak melingkup empat aspek:
1.
Mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi serta kualifikasi perubahan perilaku yang diharapkan. Hal ini tentu mengacu pada
standar kompetensi maupun pada kompetensi lainnya
yang selanjutnya dijabarkan pada sejumlah kemampuan dasar siswa untuk menguasai suatu kompetensi yang dimiliki
siswa.
2.
Memilih cara pendekatan
pembelajaran yang tepat untuk mencapai standar kompetensi dengan memperhatikan karakteristik siswa
sebagai subjek belajar, termasuk dalam kegiatan
ini memahami tentang modalitas dan gaya belajar siswa secara individual siswa.
3.
Memilih dan menetapkan
sejumlah prosedur, metode, dan tenik kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pengalaman
belajar yang mesti ditempuh siswa.
4.
Menetapkan norma atau
kriteria keberhasilan, sehingga dapat menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran, terutama menilai
kemampuan suatu jenis konpetensi tertentu.
e.
Sarana dan sumber belajar
Sarana
merupakan fasilitas yang mempengaruhi secara langsung terhadap keberhasilan siswa dalam kegiatan mencapai
tujuan pembelajaran. Sarana yang paling membantu
adalah sarana berupa media atau alat peraga. Dalam pembelajaran kompetensi mestinya guru menggunakan berbagai jenis
media pembelajaran disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang akan ditempuh siswa, sehingga berfungsi dapat memperjelas konsep yang sedang dipelajari.
Berkenaan
dengan sumber belajar harus disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sumber belajar
utama yang dapat dipilih seperti buku, brosur,
majalah, surat kabar, poster, lembar informasi dan lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat
dibedakan menjadi: tiga bagian yaitu lingkungan
sosial, lingkungan alam, lingkungan budaya. Keberadaan sarana dan sumber belajar harus benar-benar dimanfaatkan untuk
menunjang penguasaan terhadap suatu kompetensi
yang dapat dikembangkan dan dikuasai oleh siswa.
f.
Model pendekatan pembelajaran kompetensi
Proses
pembelajaran berbasis kompetensi merupakan program pembelajaran yang dirancang untuk menggali potensi dan
pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan. Materi yang diplih haruslah dapat memberikan kecakapan untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan pengetahuan, sikap dan keterampilan , sehingga siswa terhidar dari materi yang tidak menunjang pencapaian
kompetensi.
Depdiknas
(2002) menawarkan kepada sekolah untuk melakukan beberapa model pembelajaran kompetensi yaitu model
pembelajaran tematik dan pembelajaran bermakna. Pendekatan tematik lebih sesuai untuk siswa sekolah dasar kelas rendah
dan pembelajaran bermakna dapat digunakan untuk siswa sekolah dasar kelas
tinggi.
1)
Pembelajaran tematik
Pembelajaran
tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan
dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Adapun
langkah-langkah pembelajaran tematik adalah:
pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama setiap mata pelajaran, pilihlah tema yang dapat
mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk
setiap kelas dan semester, buatlah matrik hubungan kompetensi dasar dengan tema sehingga penyusunan kompetensi dasar pada
sebuah mata pelajaran cocok dengan tema yang
diusung, terakhir buatlah pemetaan pembelajaran tematik untuk melihat kaitan antara tema dengan kompetensi dasar dari
setiap mata pelajaran.
2) Pembelajaran bermakna
Pembelajaran
yang bermakna merupakan kegiatan pembelajaran yang menitikberatkan pada
kegunaan pengalaman belajar bagi kehidupan nyata siswa. Dalam hal ini guru dituntut mampu meyakinkan secara
realistik tentang suatu pengalaman belajar
dengan menekankan pada siswa belajar secara aktif dan dapat memotivasi siswa belajar yang lebih konsentrasi. Beberapa
tahapan yang ditawarkan pada pembelajaran bermakna
(Puskur Balitbang Depdiknas, 2002) sebagai berikut:
a) Apersepsi
Mengawali
pembelajaran, guru biasanya memperhatikan dan melakukan hal-hal berikut:
pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa, motivasi siswa
ditumbuhkan, dan siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
b) Eksplorasi
Pengembangan
sejumlah pengalaman belajar hendaknya memperhatikan: keterampilan yang baru
diperkenalkan, kaitkan materi/pengalaman belajar dengan pengetahuan yang sudah
ada sebelumnya, dan pilihlah metodologi yang tepat dalam meningkatkan
penerimaan siswa akan pengalaman baru yang disajikan.
c) Konsolidasi pembelajaran
Pemantapan
pengalaman belajar siswa dapat dilakukan dengan cara: melibatkan siswa secara
aktif dalam menafsirkan dan memahami pengalaman atau materi baru, melibatkan
siswa secara aktif dalam pemecahan masalah, menekankan pada kaitan antara
materi pengalaman baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan
dan pilih metodologi yang tepat sehingga pengalaman baru dapat terproses menjadi
bagian dari kehidupan siswa sehari-hari.
d) Pembentukan sikap dan perilaku
Proses
internalisasi suatu pengalaman baru dapat dilakukan dengan: mendorong siswa
menerapkan konsep atau pengertian baru yang dipelajari dalam kehidupan
seharihari, membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan siswa sehari-hari
berdasarkan pengalaman belajarnya, pilih metodologi yang tepat agar terjadi
perubahan pada sikap dan perilaku siswa menuju perubahan yang lebih baik.
e)
Penilaian formatif
Untuk
menentukan efektivitas serta keberhasilan proses pembelajaran dapat dilakukan hal-hal berikut: kembangkan
cara-cara menilai hasil pembelajaran siswa secara variatif,
gunakan hasil penilaian tersebut untuk dapat melihat kelemahan atau kekurangan dan maslah-masalah yang dihadapi baik oleh
siswa maupun oleh guru, dan pilih metodologi
penilaian yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan yang mesti dicapai.
KESIMPULAN
Pembelajaran kompetensi menunjukan
pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru
dalam mengelola pembelajaran yang menekankan pada kemampuan dasar yang
dilakukan siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran
kompetensi menekankan pencapaian standar kompetensi yang diurai menjadi
kemampuan dasar yang diurai menjadi beberapa materi pelajaran yang cakupannya
beberapa indikator.
Prinsip-prinsip pembelajaran
kompetensi bertitik tolak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan suatu kondisi dapat terjadi proses belajar pada siswa dengan
melibatkan berbagai aspek yang mempengaruhinya baik yang terdapat dalam diri
siswa maupun sesuatu yang berada pada lingkungan sekitarnya serta peranan guru.
Pembelajaran kompetensi memilki
karakteristik khusus yang berbeda dengan pembelajaran lainnya, seperti apa yang
dipelajari siswa, bagaimana proses pembelajaran, waktu belajar, dan kemajuan
belajar siswa secara individual. Untuk pengelolaan kegiatan pembelajaran
kompetensi harus dipertimbangkan pengelolaan ruangan kelas, pengelolaan siswa,
pengelolaan pembelajaran, strategi kegiatan belajar mengajar, sarana dan sumber
belajar. Pendekatan pembelajaran kuantum dapat
dilakukan melalui pembelajaran bermakna
dan tematik. Kedua pendekatan ini dapat dikembangkan dengan tetap menyesuaikan terhadap tingkatan kematangan
belajar anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Modul_5-Inovasi_dalam_Pembelajaran.pdf/
[1] http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2010/10/01/inovasi-pembelajaran-kompetensi/ di akses 18 mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar