Minggu, 18 Maret 2012

PANTUN, PUISI, SASTRA DALAM PERADABAN MELAYU


BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
            Budaya melayu banyak sekali menyimpan ragam kebudayaan dan peradaban yang perlu untuk dikembangkan pada saat ini. Salah satunya yaitu mengenai sastra peradaban melayu seperti  pentun dan puisi. Dalam tradisi melayu pantun dan tradisi telah menjadi suatu karya seni yang dirancang begitu rupa sehingga memancarkan keindahan . keindahannya bisa terpandang melalui susunan sajaknya yang berselang seling sehingga sekaligus mendukung alunan lagunya. Adapun keindahan batinnya bergema dari kandungan lambang dan kiasan dalam setiap langkah dan barisnya. Karena itu pantundan puisi dijaga bukan sekedar hanya karya artistic untuk mempesona keindahan semata.
            Pantun dan puisi sebagai salah satu karya sastra peradaban melayu juga dipakai untuk menyimpan pikiran dan perasaan dari budi pekerti. Bahasa kias yang digunakan amat layak bagi kita yang mengenal budi dan perangai yang mulia.
            Pantun dan puisi amat dekat dengan kebudayaan melayu karena sebagai salah satu bentuk kesenian yang lahir dari naluri kebudayaan melayu itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. apa pengertian dari pantun?
2. bagaimana cara menyampaikan pantun?
3. apa saja ragam-ragam pantun ?
4. apa saja bentuk sastra melayu?



BAB II
PEMBAHASAN
PANTUN, PUISI, SASTRA DALAM PERADABAN MELAYU

I. PANTUN
A. Pengertian pantun dan puisi
            Pantun adalah salah satu seni budaya melayu yang tumbuh dan berkembang sejak dahulu kala. Hingga kini kebiasaan masyarakat melayu dalam penggunaan pantun memantun didalam kehidupan sehari-hari masih ada sebab budaya berpantun itu sudah mendarah daging dalam kehidupannya.[1]
            Pada dasarnya pantun terdiri dari terdiri atas 4 baris bersajak ab-ab atau aa-aa. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora dan fauna); dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.[2]
Contoh:
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang

Sapu tangan penyapu tangan
Tiba ditangan penyapu bunga
Malang tangan celaka tangan
Tiba ditangan orang punya

                Pantun dapat digunakan disembarang tempat, dalam berbagai suasana atau dalam kegiatan apapun. Ketika sedih ataupun gembira orang dapat melantunkan pantun.
Seorang pejabat Negara dalam pidato resminya. Seorang khatib dalam khotbah keagamaannya, elok pula jika memasukkan pantun diantara ceramah agama yang disampaikan.
            Dengan demikian, pantun telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat melayu.[3]
B. Cara Menyampaikan Pantun
            Ada beberapa cara seseorang mengungkapkan isi hatinya lewat pantun. Ada pantun yang dijawab dengan pantun pula, cara ini disebut berbalas pantun.  Biasa diperlombakan sekolah anak-anak atau remaja melalui dendang langgam melayu yang dinyanyikan bergantian antara laki-laki dan perempuan dalam bentuk berbalas apapun. [4]
            Pantun dapat disampaikan dimana saja, kapan saja, dan dapat dibawakan oleh siapa saja. Pantun yang disampaikan tidak terikat oleh batasan usia, jenis kelamin, stratifikasi social dan lain sebagainya.[5]
            Pantun-pantun yang disampaikan menunjukkan cirri khas dalam melayu. Pantun-pantun yang disampaikan juga memperlihatkan atau menunjukkan kejeniusan dan kesempurnaan seni sastra peradaban bangsa melayu. Pantun juga menandung jiwa, seni, kebijaksanaan dan budi bahasa melayu itu sendiri.
C.Ragam-Ragam pantun[6]
1. pantun kanak-kanak
            Ketika masih bayi, pantun telah dikenalkan oleh orang tua melalui senandung yang dialunkannya ketika bayi dalam ayunan.

Contoh:
Dodoilah dodoi nak dodoilah sayang
Tidurlah anak dalam ayunan
Pejamkanlah mata anakku sayang
Ayahmu lah pergi nak mencari makan
           
Adapun  ketika anak masih bayi atau kecil ibu-ibu memanjakannya sambil melati anak untuk pandai bertepuk tangan dengan alunan pantun. Contoh:
Puk amai-amai
Belalang kupu-kupu
Bertepuk anak pandai
Diupah air susu

2. pantun bermain
            Ketika masih kanak-kanak ketika bermain dengan teman-teman sebaya juga sering sekali anak-anak mempergunakan pantun untuk menggerakkan permainan yang sedang mereka mainkan.

3. pantun remaja
            Penggunaan sastra pantun memantun jug sering digunakan oleh kaum remaja laki-laki dan perempuan. Contoh:
Pucuk pauh delima batu
Anak ssembilang ditapak tangan
Walaupun jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati jangan

4. pantun sugesti
            Untuk memperkuat rasa percaya diri terdapat pula mantra yang berbentuk pantun yang menurut orang melayu memiliki nilai sugesti kedalam jiwa, seperti pantun pemikat anak gadis.

Contoh:
Selasih diatas batu
Kursi dalam dulang
Kasih engkau kepada aku
Benci engkau kepada orang

5. pantun menyindir
            Pantun ini bisa disampaikan seseorang terhadap seseorang yang berkelakuan baik dan dijadikan panutan oleh masyarakat sekitar. Contoh:
Sayang cik dalang pergi ke daik
Hendak menangkap si anak kurau
Kalau sudah benih yang baik
Jatuh kelaut menjadi pulau

II. PUISI
            Puisi adalah karya sastra padat yang sangat hemat menggunakan kata-kata.kekuatannya terletak pada kata-kata yang dipilih, dengan prinsip sedikit kata banyak makna. Dengan kata lain, puisi dapat disimpulkan adalah karangan yang terikat oleh pemilihan diksi, rima, dan suku kata dalam bentuk dengan bentuk yang berangkap. Dengan kata lain, puisi mengandung pemikiran yang dalam dan keindahan dalam kata-katanya.
            Dalam masyarakat melayu, keindahan biasanya berkaitan dengan unsur kekaguman pada alam, yang bersifat oposisi biner (tinggi-randah), atau berbagai perasaan yang menjalani kehidupan (seperti suka-duka).
            Selain itu, keindahan puisi juga dipengaruhi kesamaan bunyi dalam bahasa itu sendiri.(seperti ubi dan budi ; talas dengan balas). Unsur alam dan persamaan dan pertentangan makna, pengalaman hidup dan kesamaan bunyi inilah yang membentuk konsep keindahan dimata orang melayu.
            Contoh-contoh berikut ini jelas menunjukkan pengaruh tersebut pada perkembangan puisi melayu lama, diantaranya: keindahan rambut perempuan dianalogikan seperti mayang terurai, dagunya bak lebah bergantung, dan matanya bagai bintang timur.

Pertumbuhan puisi mulai dari ungkapan dengan susunan kata dan makna yang sederhana, seperti ada ubi, ada talas, ada budi ada balas. Seiring perkembangannya, susunan kata dan makna estetisnya, semakin hari puisi itu diciptakan dan berkembang buka sekedar untuk hiburan, tapi juga sebagai alat pengajarandan alat berkomunikasi, baik secara umum maupun khusus utnuk ritual keagaaman dan upacara adat.
            Ada banyak puisi yang berkembang di masyakat melayu. Berdasarkan aspek keasliaannya, jenis puisi dapat dibagi dua, yaitu: puisi asli melayu dan yang berasala dari tradisi asing. Secara umum, gender puisi melayu asli adalah pantun, gurindam, seloka, mantra, teromba (puisi adat) dan pribahasa.sedangkan puisi melayu yang mendapat pengaruh asing adalah syair, nazam, rubai, ghazal, berzanji, dll.
            Berdasarkan bentuknya, ada puisi yang berbentuk bebas dan adapula yang terikat. Puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat dengan rangkap, baris, jumlah, perkataan, suku kata, dan rima yang tetap.
Contoh: [7]
Puisi melayu ditahun 1965
Oleh: thomas hyde

Rajah dinegeri inggeriz perempuannya
Bermati dan rajah bergheraq hatinya
Telah men-dengar itu dan segalah
Ra’yatnya denghan dia jughah tatkalah
Didalam landarahamat cintah bernangis
Rahaj akan perempuannya men-nangis
Meriam bintang kedalam sur’gah cayah
Ampir malaikat bermumin bercayah

III. SASTRA MELAYU
Bentuk-bentuk Karya Sastra Melayu [8]
·               Gurindam Dua Belas
Kumpulan gurindam karya Raja Ali Haji, Kepulauan Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas sebab berisi 12 masalah, diantaranya tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.
·               Hikayat
Salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Seperti  
Hikayat Hang Tuah.
·               Karmina
Populer disebut pantun kilat adalah pantun dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua langsung isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya dipakai untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
Contoh:
"Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu masih bertanya pula"
·               Seloka
Merupakan bentuk puisi Karya Sastra Melayu Klasik, berisi pepetah ataupun perumpamaan mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Lumrahnya ditulis empat baris menggunakan bentuk pantun atau syair, kadang kala bisa juga ditemukan pada seloka yang ditulis lebih dari empat-baris.
Misal: Anak pak dolah makan lepat makan lepat sambil melompat nak hantar kad raya dah tak sempat pakai sms pun ok wat ?
·               Syair
Bagian puisi atau karangan dalam bentuk terikat, mengutamakan irama sajak. Biasanya berbentuk 4 baris, bernada aaaa, keempat baris itu mengandung makna penyair.
·               Talibun
Sejenis puisi lama seperti pantun sebaba memiliki sampiran dan isi, tapi lebih dari 4-baris (bisa 6-20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, seterusnya.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pecan Yu beli belanak beli Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanakpun cari Induk semang cari dahulu.

Keterkaitan antara, pantun, puisi, dan sastra melayu
Bagi orang Melayu, baik pantun, puisi, dan sastra  sudah mendarah daging. Mereka bukan sahaja arif menyemak makna yang terkandung di dalamnya, tetapi banyak pula yang mahir berpantun, berpuisi, dan sastra. Pada masa silam, ketiga seni ini memegang peranan penting dalam menyebarluaskan nilai-nilai asas kemelayuan. Oleh sebab itu, pantun,puisi, dan sastra dijadikan media tunjuk ajar yang diwujudkan ke dalam beragam jenis kesenian daerah melayu.           
Sebenarnya didalam pantun, puisi, dan sastra itulah tersembunyi rahasia bahasa melayu. Melalui pantun, puisi, dan sastra melayu maka orang melayu dapat menyatakan tabiat, pikiran dan perasaan orang melayu. Ketiganya lahir dan berkembang ditanah kelahiran melayu yang kemudian turun-temurun diwariskan dari generasi kegenerasi. 



BAB III
KESIMPULAN

Ketentuan dan penyusunan rangkap pantun mencerminkan kearifan orang tua-tua Melayu, kerana mereka sudah memahami bahwa dalam sastra melayu baik pantun dan puisi, banyak orang yang melakukan kejanggalan atau kesalahan. Apalagi  bagi pemantun yang masih belajar. Kekeliruan itu dapat berupa kesalahan isi pantun (kerana menurutkan emosi berlebihan, perasaan yang tidak senang, dan seterusnya) dapat pula berupa cara penyampaiannya yang kasar langgar, kurang adab, kurang tersusun kalimatnya, dan lain-lain.
Kebebasan berkarya sudah dijamin oleh setiap adat manapun, sepanjang pelaksanaannya tidak menyimpang dari agama, adat, dan norma-norma sosial masyarakatnya. Orang tua-tua mengatakan hendak bebas diberi bebas, asal tidak lupakan diri.  




DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri Latif. 2009. Pantun dan Bidal-Bidal Melayu.  Pekanbaru: Pancang Jermal
Elmustian Rahman.  dkk. 2001. Alam Melayu. Pekanbaru:Yayasan Pustaka riau.
UU Hamidi. 1995 . Kamus Antropologi Dialek Melayu. UNRI: Press



                [1] Syamsuri Latif,Pantun dan Bidal-Bidal Melayu., Pekanbaru: Pancang Jermal, 2009, hlm.1
[2] Ibid., hlm.2
[3] Elmustian Rahman.  Dkk,  Alam Melayu, Pekanbaru:Yayasan Pustaka riau,2001,hlm.25
[4] Syamsuri Latif., op.cit, hlm.13-45
[5] Elmustian Rahman., op.cit, hlm.34
          [8] UU Hamidi, Kamus Antropologi Dialek Melayu, UNRI: Press, 1995, hlm.56

1 komentar:

"text/javascript" src="https://sites.google.com/site/exeloph/file/Twitterbang.js">